Perairan di sekitar pantai dan muara merupakan ekosistem yang erat
hubungannya dengan kondisi fisikkimia daratan. Aliran air dari darat melalui
sungai ke laut selain membawa bahan-bahan yang berguna bagi kehidupan organisme
laut, juga membawa serta bahan-bahan lain yang bersifat toksik. Teknologi yang
semakin berkembang pada semua aspek kehidupan manusia mengakibatkan semakin
berkembangnya buangan baik padat, cair maupun gas yang masuk ke lingkungan
perairan. Logam berat merupakan salah satu substansi anorganik yang umumnya
terbawa aliran sungai ke laut.
Biota laut yang hidup di perairan tersebut lambat laun akan
mengakumulasi logam berat yang ada ke dalam tubuhnya. Salah satu hewan yang
pasti tercemar limbah adalah kerang hijau. Sehingga kerang hijau dapat disebut
sebagai bioindikator lingkungan. Jika pada suatu perairan ditemukan banyak
kerang hijau, maka dapat dikatakan bahwa perairan tersebut telah tercemar oleh
logam berat.
Kerang hijau itu apa sih?
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang
yang digemari masyarakat. Kerang hijau ini biasa terdapat di perairan estuari,
teluk dan daerah mangrove dengan substrat pasir lumpuran serta
salinitas yang tidak terlalu tinggi. Pada umumnya mereka hidup menempel
dan bergerombol pada dasar substrat yang keras seperti batu karang,
kayu, bambu atau lumpur keras dengan bantuan bysus. Kerang hijau
tergolong dalam organisme/hewan sesil yang hidup bergantung pada ketersediaan zooplankton, fitoplankton dan
material yang kaya akan kandungan organik. Dilihat dari cara makan, maka
kerang hijau termasuk dalam kelompok suspension feeder, artinya
untuk mendapatkan makanan, yaitu fitoplankton, detritus, diatom dan bahan
organik lainnya yang tersuspensi dalam air adalah dengan cara menyaring air
tersebut.
Menurut
Adedokun
(2008), kerang hijau (Perna viridis )
merupakan binatang lunak yang termasuk dalam kelas bivalvia atau pelecypoda yang memiliki ciri-ciri yaitu bentuk kaki
merupakan pelebaran dari bagian tubuh yang berbentuk pipih lateral seperti
kapak kecil, memiliki dua cangkang yang tipis dan simetris yang dapat dibuka
tutup, memiliki persendian yang halus, dan otot aduktor pada bagian anterior.
Pada kerang hijau yang dewasa, memiliki byssus yang kuat untuk menempel. Kerang hijau
dapat mencapai panjang maksimum 16,5 cm, tetapi umumnya berukuran 8 cm.
Klasifikasi Perna
viridis menurut Adedokun (2008) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Anisomyria
Famili : Mytilidae
Genus : Perna
Spesies : Perna
viridis
Kerang hijau memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat
baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8 % air, 2l,9 % protein, 14,5 %
lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga menjadikan kerang hijau
sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam, dari 100 gram daging
kerang hijau ini mengandung 100 kalori. Karena memiliki kandungan gizi yang
cukup tinggi, maka banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsinya dengan jumlah
yang banyak. Namun, banyak dari masyarakat yang belum memahami bahaya dari
kandungan logam berat yang ada pada kerang hijau.
Kenapa menggunakan buah tomat?
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengurangi kandungan
logam berat pada kerang hijau. Namun, yang akan dibahas pada artikel ini adalah
pengurangan kandungan logam hijau berat pada kerang hijau dengan menggunakan
buah tomat.
Tanaman tomat memiliki habitus berupa
herba yang hidup tegak atau bersandar pada tanaman lain, berbau kuat, tinggi
30-90 cm. Batang berbentuk bulat, kasar, memiliki trikhoma, rapuh, dan sedikit memiliki percabangan. Daun majemuk
menyirip gasal berselang-seling dan memiliki trikhoma pada helaian dan tangkai daunnya. Bunga pada tanaman tomat
berkelamin dua (hermaprodit), kelopaknya berjumlah 5 buah dengan warna hijau
dan memiliki trikhoma, sedangkan
mahkotanya yang berjumlah 5 buah berwarna kuning. Alat kelaminnya terdiri atas
benang sari dan putik. Buah tomat merupakan buah tunggal dan merupakan buah
buni dengan daging buah lunak agak keras, berwarna merah apabila sudah matang,
mengandung banyak air dengan kulit buah yang sangat tipis.
Klasifikasi Tomat (Lycopersicon esculentum) Menurut Simpson (2010) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Spesies : Lycopersicon
esculentum
Tomat banyak mengandung likopen yang
merupakan kelompok karotenoid seperti beta-karoten yang bertanggung jawab
terhadap warna merah pada tomat. Di dalam tubuh, likopen dapat melindungi dari
penyakit seperti kanker prostat serta beberapa jenis kanker lain serta penyakit
jantung koroner. Kemampuan likopen dalam meredam oksigen tunggal dua kali lebih
baik daripada beta karoten dan sepuluh kali lebih baik daripada alfa-tokoferol
(Sunarmani, 2008).
Beberapa penelitian telah
menunjukkan manfaat likopen bagi kesehatan. Pada kesehatan wanita, likopen
bermanfaat dalam penyembuhan kanker payudara serta osteoporosis. Peng dkk. (1998) menyebutkan bahwa
penelitian-penelitian terbaru mengindikasikan wanita yang memiliki kandungan
likopen rendah lebih rentan terkena kanker serviks dan kanker ovarium
dibandingkan yang memiliki kandungan likopen tinggi. Berbagai karotenoid,
termasuk likopen, telah diteliti untuk melihat hubungannya dengan kanker
serviks. Hanya likopen yang menunjukkan adanya efek protektif (Sunarmani,
2008).
Selain karena
kandungan gizinya yang telah disebutkan di atas, alasan penggunaan tomat adalah
karena tomat merupakan jenis sayuran yang sering digunakan saat memasak
sehingga tidak akan tidak memengaruhi rasa tomat itu sendiri.
Bagaimana hasilnya?
Di sini tidak
dibahas secara rinci bagaimana metode penelitian yang digunakannya. Untuk
hasilnya sendiri akan dibahas secara umum saja.
Kerang
hijau yang diuji organoleptik dan hedonik dalam penelitian tahap I yaitu kerang
hijau dengan perlakuan perendaman menggunakan larutan tomat konsentrasi 25%,
50%, 75% dan 100%. Hasil yang diperoleh dari uji organoleptik dan uji
hedonikkerang hijaudapat dilihat pada Tabel 2. dan Tabel 3. Berdasarkan uji
kadar timbal, uji organolepik dan uji hedonik yang dilakukan didapatkan
konsentrasi terbaik yaitu 100% karena pada konsentrasi tersebut paling besar
nilainya penurunankadar timbal padadaging kerang hijau, sedangkan dari hasil
uji organoleptik dan uji hedonik menunjukan bahwa daging kerang hijau dengan
perendaman 100% larutan tomat masih dapat diterima oleh panelis.
Hasil
uji organoleptik daging kerang hijau yang direndam menggunakan larutan tomat menunjukan
bahwa semakin lama waktu perendaman tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kenampakan, bau, dan tekstur daging kerang hijau namun berpengaruh
terhadap rasa. Perendaman 90 menit menghasilkan produk daging kerang hijau yang
masih layak konsumsi.
Kenampakan
daging daging kerang hijau setelah perendaman dengan lama waktu yang berbeda
masih memiliki kenampakan utuh, semakin lama perendaman tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kenampakan.
Bau
daging daging kerang hijau setelah perendaman dengan lama waktu yang berbeda
masih tetap segar, semakin lama perendaman bau daging kerang hijau tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap bau daging kerang hijau.
Rasa
daging daging kerang hijau setelah perendaman dengan lama waktu berbeda
terhadap kontrol berbeda nyata karena rasanya berubah menjadi asam, akan tetapi
rasa setelah dilakukan perendaman dengan lama waktu berbeda tidak berbeda nyata.
Perbedaan
lama perendaman daging kerang hijau dengan larutan buah tomat konsentrasi 100%
menyebabkan perubahan kadar timbal yang sangat nyata. Persentase dari kadar
timbal dalam daging kerang hijau pada perlakuan perendaman dengan lama waktu 30
menit, 60 menit, dan 90 menit yaitu mengalami penurunan sebesar 32,98%, 39,17%
dan 59,79%. Hasil penurunan kadar timbal tersebut menunjukan bahwa semakin lama
waktu perendaman dengan larutan tomat maka semakin besar kadar timbal yang
dapat dikurangi.
Asam
sitrat dalam buah tomat memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar timbal
pada daging kerang sehingga larutan tomat dapat dimanfaatkan untuk menurunkan
kadar logam berat. Proses pengikatan ion logam dengan gugus pengikat logam
berawal dari tiga gugus karboksil (COOH) yang dapat melepaskan proton di dalam
larutan. Jika hal demikian terjadi, ion yang dihasilkan adalah berupa ion
sitrat. Asam sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk
mengendalikan pH suatu larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan ion-ion logam
sehingga membentuk garam sitrat.
Masih
adakah masalah yang belum terpecahkan?
Larutan
tomat yang telah digunakan untuk perendaman kerang sudah terkontaminasi logam
berat, karena logam dari kerang hijau berpindah pada larutan tomat. Larutan
tomat setelah digunakan untuk merendam daging kerang kerang hijau dalam
berbagai lama waktu perendaman menunjukan bahwa kadar timbal dalam larutan
semakin bertambah seiring dengan semakin lama waktu perendaman daging kerang
hijau. Larutan tomat dengan perlakuan perendaman daging kerang hijau selama 90
menit memiliki kandungan timbal paling besar. Penurunan kandungan logam timbal
juga disebabkan larutan asam dapat merusak ikatan kompleks logam protein.
Selain itu, logam timbal merupakan jenis logam yang dapat larut dalam lemak.
Dalam perendaman dengan larutan asam, lemak akan membentuk emulsi yang halus
dan larut di dalam larutan asam sehingga dengan melarutnya lemak juga akan
melarutkan logam timbal. Hal inilah yang
menjadi awal harus dilakukan penelitian lebih jauh untuk penanganan limbah
larutan tomat ini agar tidak menjadi sumber masalah yang baru.
Kesimpulan
Larutan
buah tomat dengan konsentrasi 100% sangat ampuh digunakan untuk mengurangi
kadar logam berat pada kerang hijau. Perendaman yang lama akan memberikan hasil
yang cukup baik. Namun, perendaman terlalu lama akan membuat daging kerang
hijau menjadi lebih asam. Penggunaan larutan tomat tidak merubah rasa dan
tekstur dari daging kerang hijau, sehingga kerang hijau tetap enak untuk
dikonsumsi.
Referensi
Adedokun
OA, Adeyemo OK, Adeleye E, Yusuf RK. 2008. Seasonal Limnological Variation and
Nutrient Load of the River System in Ibadan Metropolis, Nigeria. European
Journal, olScientUk Research 23( I):
98-108.
Simpson, M. G.2010.Plant
Systematics, Elsevier, Burlington.USA. Inc. Publishers, Sunderland,
Massachusetts, U. S. A.
Sunarmani, Kun Tanti, D.2008. Parameter
Likopen Dalam Standardisasi Konsentrat Buah Tomat. Prosiding PPI
Standardisasi:Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar