BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN
“BIOLEACHING”
1.
Definisi Bioleaching
Bioleaching merupakan suatu proses untuk melepaskan (remove) atau
mengekstraksi logam dari mineral atau sedimen dengan bantuan organisme hidup
atau untuk mengubah mineral sulfida sukar larut menjadi bentuk yang larut dalam
air dengan memanfaatkan mikroorganisme. Sementara Talvivaara Mining Company
(2010), mengungkapkan bahwa bioleaching
merupakan suatu proses ekstraksi logam yang dilakukan dengan
bantuan bakteri yang mampu mengubah senyawa logam yang tidak dapat larut
menjadi senyawa logam sulfat yang dapat larut dalam air melalui reaksi
biokimia. Bioleaching logam
berat dapat melalui oksidasi dan reduksi logam oleb mikroba, pengendapan
ion-ion logam pada permukaan sel mikroba dengan menggunakan enzim, serta
menggunakan biomassa mikroba untuk menyerap ion logam. Bioleaching mempakan
teknologi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai salah satu teknologi untuk
memperoleh (recovery) logam
di masa mendatang.
Biooksidasi bijih sulfida
untuk pemulihan tembaga telah dipraktekkan selama berabad-abad di Spanyol,
Swedia, Jerman, China dan di tempat lain melalui teknik penambangan polusi (Ehrlich,
1999). Aplikasi komersial terdokumentasi awal tentang proses
biohidrometalurgi dalam industri pertambangan adalah untuk ekstraksi tembaga
dari limbah tambang (Zimmerley et al., 1958). Oksidasi oksidatif Thamobacillus acidophilic diakui
sebagai alat untuk menjaga besi dalam bentuk feritik teroksidasi untuk
dijadikan oksidan mineral tembaga sulfida untuk melarutkan tembaga. Bahan run-of-mine
dari tembaga kelas rendah, yang ditumpuk di tempat pembuangan sampah sampai
kedalaman di atas 100 m tingginya dilepaskan menggunakan larutan besi feritik
asam untuk pemulihan ekonomi tembaga di Tambang Kennecott Bingham di dekat Salt
Lake City, Utah. Meskipun peran bakteri pengoksidasi besi diakui, tempat
pembuangan tambang, sebagai reaktor, tidak dirancang untuk mempromosikan
aktivitas bakteri (Olson et al., 2003).
Metode bioleaching merupakan salah satu teknologi alternatif
untuk menanggulangi permasalahan ini. Bioleaching adalah suatu proses
pelarutan/pelepasan logam atau pengambilan (ekstraksi) logam dari sedimen
menjadi bentuk yang larut dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Sehingga
pada dasarnya prinsip bioleaching dan leaching sama, hanya saja pada
bioleaching yang berperan untuk mempercepat terjadinya difusi solute (logam) ke
dalam pelarut adalah mikroorganisme. Dengan demikian, tidak tersedianya pelarut
yang selektif bukan lagi masalah, karena pelarut yang digunakan pada bioleaching
tidak harus pelarut yang selektif terhadap logam yang diinginkan
(Kurniawan, 2010).
Harrison dkk. (1966)
melaporkan peran zat besi mengoksidasi Acidithiobacillus ferrooxidans dalam
pencucian uranium. Bijih uranium ditumpuk dalam tumpukan, mirip
dengan pembuangan pelepasan bijih tembaga kelas rendah, dan dicuci menggunakan
larutan sulfat asam asam di Tambang Elliot Lake, Ontario, Kanada. Adanya
bakteri di tumpukan ditemukan dan perannya dalam menjaga kondisi pengoksidasi
dengan konversi besi menjadi besi besi untuk ekstraksi uranium yang ditentukan.
Aplikasi komersial unik untuk ekstraksi uranium dari bijih bawah tanah bawah
tanah ditunjukkan di Tambang Denison, Ontario, Kanada (McCready dan Gould,
1990).
Sebuah sistem untuk banjir
bijih yang terputus-putus dalam stadion bawah tanah, disegel dengan dinding
beton, menunjukkan kegunaan untuk proses biohidrometalurgi untuk ekstraksi
uranium. Proses ini juga mempertimbangkan persyaratan penting mikroorganisme
untuk aktivitas optimal dalam prosesnya. Nutrisi dan aerasi disediakan untuk
meningkatkan pertumbuhan bakteri. Namun, ekonomi uranium telah menghalangi
penggunaan dan kemajuan lebih lanjut dalam pengembangan proses mikroba untuk
ekstraksi uranium (Olson et al., 2003).
Bioleaching melibatkan penggunaan mikroorganisme untuk mengekstrak
logam dari bijih berkadar rendah dan telah berhasil dilakukan untuk mendapatkan
emas, tembaga dan uranium. Sekitar 20% dari tembaga dunia diproduksi
menggunakan bioleaching. Bioleaching nikel, seng, dan kobalt dapat dilakukan
dengan bakteri thermophyllic namun belum terbukti ekonomis, namun dengan sumber
daya yang langka dan impor relatif mahal, maka cara tersebut mungkin
bermanfaat. Nikel dan kobalt digunakan untuk paduan baja sedangkan seng
digunakan untuk magnesium campuran (Chen dan Lin, 2000).
Mikroorganisme merupakan salah satu
factor yang sangat berperan dalam bioleaching logam. Pemilihan mikroorganisme
yang akan digunakan harus tepat karena mikroorganisme tersebut memiliki
selektifitas terhadap logam-logam tertentu. Mikroorganisme yang umumnya
digunakan dalam proses bioleaching logam bisa dari golongan bakteri dan golongan
fungi. Golongan bakteri seperti: Thiobacillus ferooxidans, Thiobacillus
thiooxidans, Escherechia coli, dan sebagainya. Golongan fungi seperti: Aspergillus
niger dan Penicillium simplicissium (Kurniawan, 2010).
Aplikasi
komersial biohidrometalurgi, yang dirancang untuk memfasilitasi aktivitas
mikroorganisme, dimulai pada tahun 1980 untuk pencucian tembaga dari tumpukan.
Tambang Lo Aguirre di Cile memproses sekitar 16.000 t bijih / hari antara tahun
1980 dan 1996 dengan menggunakan bioleaching (Bustos et al., 1993).
Sejumlah operasi pembangkit uap tembaga telah dilakukan sejak tahun 1980
(Brierley, 1999).
Aplikasi
komersial biohidrometalurgi yang sukses dan ekstensif lainnya adalah perlakuan
awal biooksidasi dari bijih emas sulfida. Untuk proses ini, mikroorganisme
digunakan untuk mengoksidasi pirit, arsenian pirit atau arsenoprata untuk
mengekspos emas yang tersumbat di dalam matriks mineral sulfida. Setelah
perlakuan awal biooksidasi, emas diekstraksi dan dipulihkan dengan proses
hidrometalurgi konvensional seperti pelindian dan pemulihan pada karbon atau
presipitasi seng. Pabrik pretreatment biooksidasi dengan sejarah operasi
terpanjang adalah proses BIOX Goldfields '(sebelumnya Genmin) di Tambang
Fairview di Afrika Selatan. Pabrik ini, yang beroperasi sejak 1986, menangani
konsentrat arsenopeni tahan api / pirit emas di reaktor besar, diaduk-tangki,
aerasi, aliran kontinyu (Marais 1990; dan Aswegen et al., 1991). Semua
tanaman komersial menggunakan BIOX, atau proses pengadukan yang diaduk aerasi, memperlakukan
konsentrat yang disiapkan dari bijih untuk memperkaya kandungan emas dan
sulfida, dan satu juga melepaskan kobal dari sludida sulfida. Satu pabrik
komersial memperlakukan bijih emas tahan api di tumpukan. Newmont Mining
Corporation menggunakan proses pembuatan biooksidasi untuk perlakuan awal
terhadap bijih emas tahan api yang diikuti penggilingan konvensional dalam
sirkuit sianida-CIP untuk pemulihan emas di tambang tambang emasnya, Elko,
Nevada (Brierley, 2000). Biooksidasi dilakukan pada bijih yang ditumbuk pada
bantalan dengan sistem ventilasi udara di dasar untuk memasok oksigen ke
populasi mikroba yang diinokulasi pada batu. Setelah 100-270 hari pretreatment
biooksidasi untuk menurunkan matriks mineral sulfida, bijih dikeluarkan dan diproses
melalui pabrik konvensional untuk mengekstrak emas (Olson et al., 2003).
2.
Sejarah
Bioleaching
Gagasan mengenai pelarutan logam telah ada sejak tahun 166 SM
ketika seorang ilmuwan bernama Galen menyebutkan mengenai konsep pelarutan
logam tua pada tembaga di Cyprus. Kemudian Georgius Agricola (1494-1555)
mendeskripsikan mengenai pembakaran pyrite
(FeS2) untuk memproduksi FeSO4. Mulai tahun 1572
berdiri industri pelarutan logam tembaga di Rio Tinto, Spanyol. Semenjak tahun
1947, Thiobacillus ferrooxidans diidentifikasi dan
diisolasi dari acid mine drainage.
Dan mulai berkembang industri bioleaching semenjak itu. Sekarang dapat dijumpai
lebih 40 bangunan/gedung dalam suatu industri yang digunakan untuk bioleaching
tembaga, emas, seng, kobalt, dan uranium.
Latar belakang sejarah akumulasi logam di berbagai bidang drainase
asam tambang, pembuangan tambang, dan tumpukan batubara telah dilaporkan di
tempat lain (Brierly, 1978). Pelepasan
tembaga dari bijih dan presipitasi tembaga dari larutan yang dihasilkan adalah
teknologi kuno yang dipraktekkan oleh orang Tionghoa jauh ke belakang 100-200
SM dan mungkin bahkan sebelumnya (Needham, 1974). Itu Proses yang sama juga
dikenal di Eropa dan Asia Kecil, dan kemungkinan akan digunakan di sana sekitar
abad ke-2 (Rossi 1990). Namun,
keterlibatan mikroorganisme tertentu Dalam proses pelarut logam ternyata tidak
dipraktikkan sampai 1940-an. Sejak itu banyak kontribusi penelitiannya membantu
memperjelas mekanisme dasar di balik proses ini. Biooksidasi bijih sulfida
untuk pemulihan tembaga telah dilakukan dipraktekkan selama berabad-abad di
Spanyol, Swedia, Jerman, China, dan di tempat lain oleh teknologi pertambangan
solusi (Ehrlich, 1999).
Namun, tambang Rio Tinto di Spanyol barat daya umumnya dianggap
sebagai buaian biohidrometalurgi. Ini Tambang telah dieksploitasi sejak zaman
pra-Romawi untuk mereka tembaga, emas, dan perak. Penggunaan bioleaching di
tambang Rio Tinto dimulai pada awal tahun tahun 1890-an. Tumpukan bijih tembaga
kelas rendah dibangun dan ditinggalkan selama 1 sampai 3 tahun untuk
dekomposisi alami. Lari-ofmine bahan tembaga kelas rendah, ditumpuk dalam
pembuangan limbah sampai kedalaman setinggi lebih dari 100 m, dilucuti dengan
menggunakan larutan besi feritik asam untuk pemulihan ekonomi tembaga di
Tambang Kennecott Bingham di dekat Salt Lake City, Utah. Meskipun operasi
pencucian industri dilakukan di Rio Tinto Tambang selama beberapa dekade,
kontribusi bakteri untuk solubilisasi logam tidak dikonfirmasi sampai tahun
1961, ketika Thiobacillus ferrooxidans ditemukan di lindi (Salkield, 1987).
3.
Aplikasi
Bioleaching
Bioleaching dapat digunakan untuk mendapatkan besi yang banyak dengan bakteri pengoksidasi belerang, termasuk Acidithiobacillus Thiobacillus dan Acidithiobacillus (sebelumnya dikenal sebagai Thiobacillus). Menyusul penemuan bahwa mikroorganisme memainkan peran dalam produksi drainase asam tambang (Colmer dan Hinkle 1947), bakteri pengoksidasi besi dan sulfokat pertama, T. ferrooxidans, diisolasi dan dijelaskan (Temple and Colmer 1951). Tidak lama kemudian peran mikroba dalam oksidasi mineral sulfida diselidiki dari perspektif metalurgi ekstraktif. Mikroorganisme yang dikultur dari aliran sungai di tempat pembuangan limbah batuan di Pala Bingham, tambang pirit teroksidasi di Utah (FeS2) dan mineral tembaga dan melepaskan tembaga ke dalam larutan (Bryner et al., 1954).
T. ferrooxidans digunakan dalam beberapa penyelidikan awal terhadap bioleaching mineral sulfida, karena merupakan satu-satunya bakteri pengoksidasi besi oksidatif sampai deskripsi Leptospirillum ferrooxidans (Markosyan 1972). Saat ini, Thiobacillus thiooxidans, dan Thiobacillus caldus, serta T. ferrooxidans dipindahkan ke genus Acidithiobacillus (Kelly and Wood, 2000). Peran penting ferrooxidans oksidator besi dalam biooxidation sulfida logam lambat untuk dikenali. Ini tidak mudah diperkaya sebagai A. ferrooxidans dari sampel yang mengandung kedua organisme tersebut, tumbuh lebih lambat dari A. ferrooxidans di media kaya besi besi yang kaya. Juga tidak mudah untuk membandingkan jumlah relatif dari kedua organisme ini dalam sampel cair atau padat yang menggunakan teknik kultur konvensional.
Indikasi awal pentingnya L. ferrooksigen., dalam bioleaching adalah bahwa kultur campuran L. ferrooxidans dan A. thiooxidans dapat mengoksidasi pirit lebih cepat dari A. ferrooxidans (Norris dan Kelly, 1978). Kecenderungan L. ferrooxidans untuk menempel pada mineral sulfida, afinitas tinggi untuk besi besi (K m 0,25 mM dibandingkan 1,34 mM pada A. ferrooxidans), dan sensitivitasnya yang rendah terhadap penghambatan besi besi (K i 42,8 mM dibandingkan dengan 3,10 mM dalam A. ferrooxidans) (Norris et al., 1988) adalah bukti tambahan tentang pentingnya L. ferrooxidans dalam bioleaching. Evaluasi sampel lapangan dan studi perkolasi bijih borongan menghasilkan kesimpulan bahwa L. ferrooxidans bisa sama pentingnya dengan A. ferrooxidans dalam bioleaching (Sand et al., 1992).
Teknik biologi molekuler menunjukkan bahwa Leptospirillum adalah bakteri pengoksidasi besi yang dominan dalam reaktor tangki pengaduk kontinu (CSTRs) dimana arsenopirit emas (FeAsS) dan konsentrat yang mengandung tembaga di biooksidasi pada suhu 40 C dan pH 1,6 (Rawlings 1995; Rawlings et al., 1999). Demikian pula, analisis imunofluoresensi pada tangki tahap utama dari pabrik biooksidasi komersial di Sao Bento, Brazil, dan Fairview, Afrika Selatan menunjukkan dominasi numerik Leptospirillum atas A. ferrooxidans (Dew et al., 1997).
Lamanya
waktu bioleaching akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan aktivitas
metabolisme mikroorganisme. Tentu saja hal ini akan berdampak pada perolehan
hasil akhir bioleaching, yaitu nilai konsentrasi logam yang terkandung dalam
rafinat. Selain itu, setiap mikroorganisme juga mempunyai karakteristik
tersendiri terhadap kondisi lingkungan yang sesuai untuk kelangsungan hidupnya.
Oleh karena itu penentuan temperatur bioleaching sebaiknya disesuaikan dengan
kondisi pertumbuhan optimum dari mikroorganisme yang digunakan agar didapatkan
yield konsentrasi logam yang maksimal (Kurniawan, 2010).
Bakteri yang digunakan dalam proses
bioleaching antara lain Thiobacillus ferrooxidans, T.thiooxidans, Pseudomonas
fluorescens, P. putida Bacillus Licheniformis, B.Cereus (Crueger, 1984).
Bakteri T. ferrooxidans diketahui mampu dan telah lama digunakan pada
bioleaching tembaga dan emas. Bakteri T.ferrooxidans mampu melarutkan
sulfide logam (MS) menjadi ion sulfat (SO4 2- ) dan ion logam (M2+).
Selanjutnya kedua ion ini akan membentuk larutan senyawa logam sulfat (MSO4).
Dari proses tersebut logam dapat dipisahkan dan diperoleh kembali secara
bioleaching (Rossi dan Ehrlich, 1990). Beberapa penelitian menunjukkan bakteri
lain seperti P. fluorescens, Bacillus sp, dan E. coli mampu
melarutkan dan mengakumulasi logam berat. Umumnya bakteri ini ditemukan di
lingkungan seperti pada areal tambang (Olson et al., 2003).
Sebagai prinsip umum, Fe 3 + ion yang digunakan untuk mengoksidasi bijih. Langkah ini sepenuhnya independen dari mikroba. Peran bakteri adalah mengoksidasi biji lebih lanjut, tetapi yang lebih penting juga regenerasi oksidan kimia Fe3+ dari Fe2+. Sebagai contoh, bakteri mengkatalisis penguraian mineral pirit (FeS2) oleh mengoksidasi dari sulfur dan logam (dalam hal ini kasus besi besi, (Fe2+) dengan menggunakan oksigen. Ini menghasilkan produk cair yang dapat lebih dimurnikan dan disempurnakan untuk menghasilkan logam yang diinginkan.
(Sumber:
google)
Jika
bioleaching menjadi kegiatan industri kita akan ditekan untuk menghemat air dan
sumber daya hydrogen. Hanya bijih yang mengandung belerang dapat digunakan
karena pakan bakteri adalah belerang. Bioleaching tidak memerlukan banyak
energi tetapi prosesnya lambat. Suhu tinggi pemanggangan dan peleburan tidak
diperlukan, sehingga bioleaching bisa mendapatkan logam dari bijih kadar
rendah. Di masa mendatang, mungkin
bioleaching juga akan digunakan untuk logam tambang lainnya seperti seng dan
nikel. Secara keseluruhan, bioleaching menciptakan polusi udara dan kerusakan
yang minimal terhadap formasi geologi, karena bakteri yang digunakan adalah
alami.
(Sumber:
google)
Pembakaran
pirit (FeS2):
Pada langkah pertama, disulfida secara spontan
dioksidasi menjadi tiosulfat oleh besi
ferri (Fe3+), yang kemudian akan dikurangi untuk memberikan besi
ferrous (Fe2+):
(1) spontan
Besi ferrous ini kemudian dioksidasi oleh
bakteri aerob:
(2) (Oksidasi besi)
Tiosulfat juga dioksidasi oleh bakteri untuk
memberikan sulfat:
(3) (Oksidasi belerang)
Besi besi dihasilkan dalam reaksi (2) sulfida
teroksidasi lebih seperti pada reaksi (1), menutup siklus dan diberi reaksi
bersih:
(4)
Proses oksidasi mikroba terjadi pada membran sel bakteri.
Beberapa elektron masuk ke dalam
sel yang digunakan
dalam proses biokimia untuk
menghasilkan energi bagi bakteri sementara mengurangi oksigen ke air. Reaksi kritis
adalah oksidasi sulfida dengan besi besi. Peran utama dari bakteri adalah
langkah regenerasi reaktan ini. Proses untuk tembaga sangat mirip, namun
efisiensi dan kinetika tergantung pada mineral tembaga. Mineral yang paling
efisien adalah mineral supergen seperti senshinsei kaliberasi, Cu2S
dan Covellite. Mineral tembaga utama kalkopirit (CuFeS2)
jumlahnya melimpah dan sangat efisien. Pencucian CuFeS2 terdiri dari
2 dua tahap yaitu menjadi terlarut dan kemudian lebih lanjut dioksidasi, dengan
Cu2+ ion yang tertinggal dalam larutan.
(1) spontan
(2) (Oksidasi besi)
(3) (Oksidasi belerang)
Reaksi berakhir:
(4)
Secara
umum, sulfida yang pertama
dioksidasi menjadi sulfur elemental, sedangkan disulfida yang teroksidasi untuk membentuk tiosulfat , dan proses
di atas dapat diterapkan pada bijih sulfida lain. Bijih-bijih uranium juga
menggunakan besi sebagai oksidan (misalnya UO2 + 2Fe3+
==> UO22+ + 2Fe2+). Dalam hal ini tujuan
tunggal langkah bakteri adalah regenerasi Fe3+. Sulfidik bijih besi dapat
ditambahkan untuk mempercepat proses dan menyediakan sumber besi.
Proses bioleaching merupakan salah satu cara
yang menjajikan untuk membebaskan logam berat yang terkontaminasi sedimen atau
kotoran yang mengendap. Proses bioleaching tergantung pada pertumbuhan dan
metabolisme bakteri yang terkait. Inti dari studi kasus ini untuk mengevaluasi
efek dari tipe pembuangan dan waktu inkubasi pada proses bioleaching
menggunakan Thiobacillus
ferrooxidans. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa peleburan Pb pada proses bioleaching menghasilkan limbah 0,811
ppm dan limbah electroplating 0,412
ppm. Peleburan Pb ini menunjukkan adanya peningkatan pada saat inkubasi.
Bakteri Thiobacillus ferooxidans menghasilkan asam sulfat sebagai pengekstrak logam, dimana asam sulfat
yang dihasilkan bereaksi dengan logam tersebut menghasilkan senyawa logam
sulfat yang mudah larut. Bakteri Thiobacillus ferooxidans mengoksidasi
unsur logam. Proses ini membebaskan sejumlah energi yang digunakan untuk membentuk senyawa yang
diperlukannya. Selain energi, proses oksidasi tersebut juga menghasilkan
senyawa asam sulfat. Maka aktivitas Thiobacillus ferooxidans akan
mengubah besi yang tidak larut dalam air menjadi besi sulfat yang larut dalam
air (Roni dkk., 2015).
Tahapan Proses Bioleaching pada Timbal
Mekanisme
utama yang terlibat dalam bacterial leaching logam berat oleh Thiobacillus
ferroxidans meliputi mekanisme langsung dan tak langsung, yang
dapat digambarkan dengan persamaan berikut:
Mekanisme langsung
T.
ferrooxidans
MS + 2O2 MSO4
Mekanisme tak langsung
T. ferrooxidans
SO –
H2O + 3/2O2 H2SO4
H2SO4 +
sedimen - M – M
sedimen - 2H + MSO4
Sampel
sedimen limbah diambil dari bak penampungan dan saluran limbah industri baterai
dan elektroplating di
kawasan rungkut industri Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan di 5 titik pada
bagian permukaan hingga kedalaman kira-kira 10 cm dengan menggunakan
sendok plastik. Sedimen dari tiap jenis
limbah yang diperoleh dicampur menjadi satu untuk mendapatkan sampel yang
homogen kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel. Konsentrasi logam berat
dalam sedimen ditentukan dengan Flame
atornic Absorption Spectrophotometer
(FAAS) Shimadzu, model AA-680.
Dalam prosesnya tampak bahwa setelah
proses bioleaching, baik limbah industri baterai maupun limbah elektroplating
menunjukkan adanya ion karbonat, sulfat, sulfit, tiosulfat, dan nitrat. Adanya
ion sulfat dalam media setelah bioleaching disebabkan oleh perubahan senyawa
sulfida logam PbS dalam sampel sebagai hasil mekanisme bioleaching. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi berpengaruh pada pelarutan Pb.
Peningkatan waktu inkubasi menyebabkan peningkatan kadar Pb yang dileaching
oleh bakteri. Kenaikan kadar Pb dalam larutan (media) diduga disebabkan oleh
masa pertumbuhan, adaptasi, dan kontak bakteri dengan permukaan sampel
(limbah). Makin lama bakteri teradaptasi dengan kondisi yang ada, maka makin banyakjumlah
sel bakteri dihasilkan yang dapat melakukan aktivitas metabolismenya sehingga
kadar Pb yang melarut meningkat pula.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan proses mikrobial leaching dengan biakan Thiobacillus ferrooxidans dapat dipakai untuk memisahkan logam
berat dari sedimen tercemar. Kinerja proses bioleaching dipengaruhi oleh
jenis limbah dan waktu inkubasi (waktu kontak) bakteri dengan permukaan
partikel yang di-leaching.
Pengolahan
limbah industri secara biologi dengan tumbuhan eceng gondok, kangkung, selada
air sudah lama diterapkan. Namun penanganan limbah dengan tumbuhan ini dapat
menimbulkan masalah baru, yaitu perkembangan dari tumbuhan ini, misalnya eceng
gondok yang begitu cepat dan sulit diatasi. Akan tetapi saat ini telah
berkembang penggunaan mikroba untuk meleaching logam berat, yaitu suatu metode
altematif yang relatif lebih potensial dan ekonomis dibandingkan dengan metode
yang telah ada sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara
logam berat dengan sel-sel mikroba yang tidak hanya mengakibatkan hilangnya
logam berat dari limbah industri (sedimen), tetapi juga dimungkinkannya proses
diperolehnya kembali (recovery) logam-logam tersebut. Bila ditinjau dari segi
biaya maka proses pengolahan limbah industri dengan menggunakan mikroba ini
lebih menguntungkan dan lebih murah karena tidak membutuhkan alat-alat yang
canggih. (Avery, 1980). Oleh sebab itu untuk masa yang akan datang sudah
saatnya teknologi ini diterapkan pada pengolahan limbah industry, tambang emas,
dan cemaran logam lainnya.
Keberadaan
bakteri di lingkungan umumnya dapat mempercepat proses degradasi zat pencemar
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bakteri mampu memecah senyawa kompleks
yang berbahaya bagi lingkungan menjadi senyawa yang lebih sederhana yang ramah
lingkungan. Selain membantu menurunkan toksisitas, keberadaan bakteri pada
limbah atau polutan logam dapat juga menyebabkan toksisitas terhadap lingkungan
yaitu melalui proses bioleaching. Bagi kalangan industri yang menghasilkan
limbah logam berat khususnya logam Pb, kehadiran bakteri ini sangat tidak
dikehendaki karena dapat melepaskan atau melarutkan logam berat dalam sedimen
limbah ke lingkungan perairan.
Bakteri
yang digunakan atau dapat melakukan leaching pada limbah logam berat umumnya
memiliki kemampuan mengakumulasi dan menghilangkan senyawa-senyawa kompleks
logam berat. Jenis bakteri yang memiliki kemampuan atau aktivitas leaching yang
baik antara lain T. ferrooxidans, P. fluoroscens, E. coli dan Bacillus sp.
Bakteri T. ferrooxidans dapat hidup pada semua jenis batuan dan memiliki
pilihan makanan yang paling aneh di antara banyak mikroba. T. ferrooxidans
memperoleh energi yang dipergunakan untuk aktivitas hidupnya dari senyawa anorganik
melalui oksidasi besi (II) menjadi besi (III) (fero menjadi feri) dan oksidasi
sulfur menjadi asam sulfat (Norris, 1990).
Brandl
(2001), menjelaskan mekanisme pelekatan bakteri pada proses bioleaching yaitu
sel-sel bakteri menempel atau melekat pada permukaan mineral melalui kontak
fisik bagian permukaan. Sel yang terbentuk mengeluarkan exopolimer, exopolimer
ini membungkus atau menjerap senyawa besi (Fe3+) dan membentuk kompleks asam
glukoronat. Tahap ini merupakan bagian utama dari proses mekanisme pelekatan.
Tiosulfat yang terbentuk merupakan produk antara (inter-mediate) selama
oksidasi semyawa sulfur. Sulfur atau politionat terbentuk di dalam
periplasmatik (periplasmatic space) atau di dalam sel dioksidasi kembali. Di
dalam periplasmatik ini ditempatkan enzim rusticyanin, cytochrome dan protein
iron-sulfur, dengan demikian keberadaan sel bebas dalam medium yang habis
digunakan mengoksidasi senyawa logam tereduksi.
Faktor
yang mempengaruhi efektifitas bioleaching limbah logam JaS'dtf artate .laiP pH,
suhu, ,keberadaan logam lain da lam larutan (jenis limbah), konsentrasi logam
berat, waktu kontak bakteri, ukuran partikel (luas permukaan partikel) yang di
leaching, serta kemampuan bakteri beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang
ada (Atlas dan Bartha, 1993). Menurut Chen dan Wilson (1997) bahwa perbedaan pH
di dalam air yang tercemar seringkali mempengaruhi proses pembersihan logam
berat. Lebih lanjut Connel (1995); Darimont & Frenay dalam Chen &
Wilson (1997); Kong et al (1995), mengemukakan bahwa pH merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh pada proses pembentukan spesies logam dan atau gerakan
logam berat di dalam air.
Jenis
limbah dan konsentrasi logam berat dapat mempengaruhi bakteri di dalam proses
bioleaching logam. Tingginya kadar logam berat mengakibatkan 24 pertumbuhan
bakteri terganggu bahkan menyebabkan matinya sejumlah bakteri yang tidak tahan
terhadap logam tersebut. Hal ini disebabkan karena setiap bakteri memiliki
toleransi yang berbeda terhadap logam berat. Selain itu proses leaching
dipengaruhi oleh waktu kontak bakteri dalam medium dengan permukaan partikel.
Menurut Seidel et al (2001) bahwa pelekatan bakteri pada permukaan partikel
dipengaruhi waktu, dimana makin lama waktu kontak bakteri dalam medium makin
banyak bakteri yang melekat pada permukaan partikel dan makin banyak bakteri
yang dapat melakukan aktivitas leachingnya.
Jenis
bakteri juga berpengaruh pada pelepasan atau leaching logam, dengan kata lain
bahwa bioleaching logam berat oleh setiap jenis bakteri berbeda. Perbedaan ini
diakibatkan oleh produk metabolik yang dihasilkan selama proses berlangsung.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa proses leaching logam berat oleh
bakteri bergantung pada beberapa faktor yaitu; jenis dan komposisi logam berat
dalam limbah, kemampuan bakteri untuk melakukan leaching, dan faktor lingkungan
yang mempengaruhi aktivitas bakteri. Kemampuan bakteri melakukan bioleaching Pb
dan senyawanya bergantung pada bakteri untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aswegen PC van,
Godfrey MW, Miller DM, Haines AK, 1991. Developments and innovations in
bacterial oxidation of refractory ores. Miner Metall Process
November:188–191
Atlas, R.M dan
Bartha R. 1993. Microbial Ecology: Fundamental and Aplications. California
The Benjamin/Cummings Redwood City.
Avery, Robert
K. 1980. Communication Media and The Media. New York : Random House.
Brandl, H. 2001. Microbial Leaching of Metal, Switserland.
Brierley JA,
2000. Expanding role of microbiology in metallurgical processes. Min Eng
52:49–53.
Brierley JA,
Brierley CL ,1999. Present and future commercial applications of
biohydrometallurgy. In: Amils R, Ballester A (eds) Biohydrometallurgy and the
environment toward the mining of the 21st century, IBS99. Elsevier,
Amsterdam, pp 81–89
Brierly, C.
L. CRC Cr.1978. Rev. Microbiol. 6, 207
Bryner LC, Beck JV, David DB, Wilson DG, 1954. Microorganisms in
leaching sulfide minerals. Ind Eng Chem 46:2587–2592
Bustos S, Castro S, Montealegre S, 1993. The Sociedad Mineral
Pudahuel bacterial thin-layer leaching process at Lo Aguirre. FEMS Microbol
Revs 11:231–236.
Cao J, Zhang G, Mao Z, Fang Z, Yang C, B Han, 2009. Influence of
Mg2+ on the growth and activity of sulfate reducing bacteria. Hydrometallurgy
95:127–134.
Chen S., Wilson DB, 1997, Construction and Characterization of
Escherichia coli Genetically Enggineered for Bioremidiation of Hg2+ Conminated
Environments, J. Appl. Environ. Microbiol. Vol. 63.
Chen S., Wilson
DB, 1997, Genetic Engineering of Bacteria and Their Potential for Hg2+
Bioremidiation. J. Biodegradation.
Vol. 8
Chen SY and Lin JG, 2000. Influence
or Solid Content on Bioleaching of Heavy Metal from Contaminated Sediment By Thiobocillus spp. I. or Chemical Teckonology and Bioteknology. 75: 649-56.
Chen Y, Hua Y,
Zhang S, Tian G , 2005. Transformation of heavy metal forms Mikoremediasi Logam
Berat... Kurniawan dan Ekowati 43 during sewage sludge bioleaching. J Hazard
Mater 123:196–202.
Colmer AR, Hinkle ME (1947) The role of microorganisms in acid mine
drainage: a preliminary report. Science 106:253–256
Connel dan
Miller, 1995, Kimia dan Etoksikologi Pencemaran, diterjemahkan oleh Koestoer, S., hal. 419, Indonesia
University Press, Jakarta.
Couillard D and
Zhu S, 1992. Bacterial Leaching of Heavy Metals From Sewage Sludge For
Agricultural Application. Water, Air. And
Soil Pollution, 63: 67-80.
Crueger, W. and Crueger, A, 1984,
Biotechnology: A Textbook of Industrial Microbiology, Science Tech, Inc.
Darmono. 2001. Pengertian
Logam Berat. http://letsbelajar.blogspot.com/2007/08/logamberat.html. Diakses pada tanggal 29
November 2017.
Dew DW, Lawson EN, Broadhurst JL (1997) The BIOX process for
biooxidation of gold-bearing ores or concentrates. In: Rawlings DE (ed)
Biomining: theory, microbes and industrial processes. Springer, Berlin
Heidelberg New York; Landes, Berlin, p 45–80.
Ehrlich HL (1999) Past, present and future of biohydrometallurgy.
In: Amils R, Ballester A (eds), Biohydrometallurgy and the environment toward
the mining of the 21st century, IBS99. Elsevier, Amsterdam, pp 3–12.
Ehrlich, H.L, 1992, Metal Extraction
and Ore Discovery, in Lederbeg (Eds) Encyclopedia of Microbiology, vol.3,
Academic Press, Inc.
Harrison VF, Gow WA, Ivarson KC (1966) Leaching of uranium from
Elliot Lake ore in the presence of bacteria. Can Mineral J. 87:64–67.
Kelly DP, Wood AP (2000) Reclassification of some species of
Thiobacillus to the newly designated genera of Acidithiobacillus gen. nov.,
Halothiobacillus gen. nov. and Thermithiobacillus gen. nov. Int J Syst Evol
Microbiol 50:511–516.
Kong I.C.,
Bitton G., Koopman B., Jung K.H, 1995 Heavy Metal Toxicity Testing in
Environmental Samples, Reviews of Environmental Contamination and Toxicology,
Vol.142.
Kurniawan ,
Ronny, Sirin Fairus, Tria Liliandini, M.Febrian. 2010. Separation Of Metals
From Spent Catalysts Waste By Bioleaching Process. Jurnal Teknik Kimia. 4(2). 295-303.
Lester, James
P., dan Joseph Stewart Jr. 2000. Public Policy : An Evolutionary Approach,
Belmont : Wadsworth/
Marais HJ (1990) Bacterial oxidation of arseno-pyrite refractory
gold ore. In: Innovation in metallurgical plant. South African Institute of
Mining and Metallurgy, Johannesburg, pp 125–129.
Markosyan GE (1972) A new iron-oxidizing bacterium—Leptospirillum
ferrooxidans nov. gen. nov. sp (in Russian). Biol Armenia 25:26–29.
McCready RGL, Gould WB (1990) Bioleaching of uranium. In: Ehrlich
HL, Brierley CL (eds) Microbial mineral recovery. McGraw-Hill, New York, pp
107–125.
Needham, L and Gwei-Djen. 1974. Chemistry and Chemical technology:
Part II. 5, p. 25, Univ. Press, Cambridge.
Norris PR, Barr DW, Hinson D (1988) Iron and mineral oxidation by
acidophilic bacteria: affinities for iron and attachment to pyrite. In: Norris
PR, Kelly DP (eds) Biohydrometallurgy, proceedings of the international
symposium 1987. Science and Technology Letters, Kew, Surrey, UK, pp 43–60.
Norris PR, Kelly DP (1978) Dissolution of pyrite (FeS2) by pure and
mixed cultures of some acidophilic bacteria. FEMS Microbiol Lett 4:143–146.
Olson, G.J., Bierley J.A., dan C.L. Bierley. 2003. Bioleaching review part B: Progress in bioleaching:
applications of microbial processes by the minerals industries. Appl
Microbiol Biotechnol. 63:249–257.
Rawlings DE (1995) Restriction enzyme analysis of 16S rRNA genes
for the rapid identification of Thiobacillus ferrooxidans, Thiobacillus
thiooxidans, and Leptospirillum ferrooxidans strains in leaching environments.
In: Jerez CA, Vargas T, Toledo H, Wiertz JV (eds) Biohydrometallurgical
processing. University of Chile, Santiago, pp 9–17.
Rawlings DE, Tributsch H, Hansford GS (1999) Reasons why
‘Leptospirillum’-like species rather than Thiobacillus ferrooxidans are the
dominant iron-oxidizing bacteria in many commercial processes for the
biooxidation.
Ronny Kurniawan, S.
Juhanda, Vitri Banimulyanty, Lena Marita . 2015. Aplikasi Bioleaching Dalam Pemisahan Logam dari Batuan
Mineral Pyrite dengan Menggunakan Bakteri Thiobacillus ferooxidans dan Fungi
Aspergillus niger. Program Studi Teknik Kimia, FTI, UPN “Veteran” Yogy Akarta:
1-7.
Rossi, G.
(1990). Biohydrometallurgy, p. 1, McGrawHill, Himburg, Germany
Rossi, G., Ehrlich HL., 1990, Other
Bioleaching Processes, in Ehrlich HL., Brierley CL (Eds.), Microbial Mineral
Recovery, McGraw-Hill, New York.
Salkield, L. U.
(1987). Geotechnical Engineering, p. 230, Kluwer Academic Publisher, USA
Sand W, Rohde K, Sobotke B, Zenneck C (1992) Evaluation of
Leptospirillum ferrooxidans for leaching. Appl Environ Microbiol 58:85–92
Seidel, A., Zimmels, Y., and Armon, R, 2001, Mechanism of
Bioleaching of Coal Fly Ash by Thiobacillus thiooxidans, Chemical Engineering
Journal, vol.88, p.123-130
Stokinger IIE.
1981. The Metal, in Clayton GD, Clayton
EF (Eds), Patty's Industrial Hygiene and Toxicology. New York: A Willey
Interscience Publication, John Willey &Sons.
Taberima, Sartji.2004. Peranan Mikroorganisme Dalam Mengurangi Efek
Toksik Pada Tanah Terkontaminasi Logam Berat. Institut
Pertanian Bogor.
Talvivaara
Mining Company. 2010. Production
Technology. http://www.talvivaara.
com/files/talvivaara/Presentations/Talvivaara_Technical_Seminar_London_May_Presentation.pdf.
Diakses pada 29 November 2017.
Temple KL, Colmer AR. 1951. The autotrophic oxidation of iron by a
new bacterium: Thiobacillus ferrooxidans. J Bacteriol 62:605–611.
WHO, 1995. Environmental Healthcriteria 165:
InorganicLead. Genewa: Word Health Organization.
Zimmerley SR, Wilson DG, Prater JD.
1958. Cyclic leaching process employing iron oxidizing bacteria. US
Patent 2,829,964.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar