Transgenik
adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui
penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan
tertentu. Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau
memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau mahluk hidup lainnya.
Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan
sifat-sifat yang diinginkan Tomat memiliki shelf-life yang pendek. Shelf-life
yang pendek ini disebabkan dengan aktifnya beberapa gen seperti
poligalakturonase saat tomat mengalami kematangan. Dengan kondisi seperti ini,
tomat sulit sekali untuk dipasarkan ke tempat yang jauh terlebih untuk ekspor.
Biaya pengemasan sangat mahal seperti menyediakan box yang dilengkapi pendingin.
Untuk mengatasi hal ini para peneliti di Amerika mencoba merekayasa kerja gen
polygalactonase (PG) yang berasosiasi dengan shelf-time tomat yaitu dengan
menginsert antisense dari gen PG. Dengan demikian shelf-time menjadi lebih
lama. Tomat ini dinamakan dengan Flavr Savr.
Langkah-langkah pembuatan
tomat flavr savr
1.
Ikan Flounder mempunyai gen antibeku yang disebut dengan gen
antisenescens yang dapat menghambat enzim poligalakturonase
(enzim yang mempercepat kerusakan dinding sel tomat). Gen ini dipindahkan dari
kromosom di dalam sel ikan Flounder.
2.
DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri
Escherichia coli yang disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi
dari dua DNA berbeda disebut sebagai DNA rekombinan.
3.
DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian
ditanam kembali pada bakteri Escherichia coli
4.
Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan
dalam jumlah yang sangat banyak.
5.
Tahap selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat
terlebih dahulu yang dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam
nitrogen cair untuk melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan
dalam tabung reaksi, lalu disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah
ke dalam dua lapisan dimana salah satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini
kemudian dipisahkan dari tabung, kemudian ditambahkan enzim restriksi, yaitu
ECO R1 yang berfungsi memotong di lokasi DNA yang spesifik.
6.
Sel tanaman tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah
itu ditambahkan enzim ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk menyambungkan
DNA, sehingga dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku pada plasmid yang terdapat
pada bakteri bergabung dengan DNA sel tanaman tomat.
7.
Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh
yang berupa cawan petri yang mengandung media nutrien selektif.
8.
Bibit tomat mulai ditanam.
Salinitas tanah merupakan faktor lingkungan yang
penting yang membatasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman akibat tekanan
osmotik, kekurangan mineral, efek toksik dari Na + dan Cl-, dan gangguan
fisiologis dan biokimia. Transformasi
genetik adalah alat yang ampuh untuk mengidentifikasi efek gen individu pada
aspek fisiologis toleransi garam tanaman dan setelah kemungkinan untuk
mengembangkan genotipe toleran lebih garam. Beberapa karya menunjukkan bahwa
ekspresi beberapa transgen meningkatkan tingkat toleransi garam yang lebih
tinggi pada beberapa spesies, seperti: padi. Etilen adalah fitohormon yang
paling sederhana (C2H4), itu mempengaruhi banyak proses sepanjang masa tanaman termasuk
perkecambahan biji, pertumbuhan tanaman, pembentukan kait apikal, penuaan organ, pematangan
buah, absorpsi, dan gravitropisme (Manaa et al., 2014)
Arabidopsis dan tomat adalah spesies tanaman model
yang dapat dengan mudah ditransformasikan dengan metode yang berbeda untuk
menguji efek pengenalan gen asing melalui transformasi genetik. Apalagi genom
dan fisiologi mereka sudah dikenal. The Coffea canephora complementary DNA
(cDNA) dan urutan genomik yang sesuai dari satu gen reseptor etilena (CcEIN4)
diklon dan dikarakterisasi. Gen
ini hadir sebagai satu salinan genom spesies ini. CcEIN4 adalah homolog dengan
LeETR5 dari Solanum lycopersicum dan terus-menerus diekspresikan selama
pengembangan buah namun ekspresinya meningkat selama tahap pematangan buah
terakhir (Manaa et al., 2014)
Hormon etilen tanaman (C2H4) memainkan peran
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di sini, kami melaporkan
tanggapan fisiologis tanaman Arabidopsis transgenik dan tomat, antisensed untuk
gen reseptor etilen CcEIN4 dari pohon kopi (Coffea canephora), di bawah tekanan
salinitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perkecambahan lebih
tinggi pada benih yang dikumpulkan dari tanaman transgenik dibandingkan benih
tanaman liar dengan kondisi stres garam. Pertumbuhan tanaman Arabidopsis
transgenik dan tomat kurang sensitif terhadap tekanan garam daripada jenis
liar. Beberapa tanaman transgenik menunjukkan stimulasi panjang radikula dan
pertumbuhan sistem akar. Toleransi garam yang lebih baik yang diamati pada
jalur tomat transgenik dapat dijelaskan dengan: kemampuan untuk mengendalikan
akumulasi Na + dan Cl- in tunas dan serapan K + dan Ca2 + yang lebih baik,
sehingga menghasilkan Rasio K +: Na + dan Ca2 +: Na + yang lebih tinggi. Hasil
ini menunjukkan bahwa persepsi etilen terlibat dalam respons tanaman terhadap
tekanan garam dan memainkan peran penting dalam toleransi garam tanaman (Manaa et al., 2014)
Daftar pustaka
Biologi pendidikan. 2015. Tomat Transgenik Flavr Savr. [http://www.biologimu.com/2015/06/tomat-transgenik-flavr-savr-rangkuman.html]. diakses pada tanggal 22 oktober 2017.
Manaa, A., Mimouni, H., Wasti, S., Gharbi, E., Terras,
A., & Ahmed, H. Ben. (2014). Characterization of transgenic Arabidopsis and
tomato plants antisensed for the ethylene receptor gene CcEIN4 under NaCl
stress. Journal of Plant Interactions, 9(1), 539–549.
https://doi.org/10.1080/17429145.2013.865796
Tidak ada komentar:
Posting Komentar