Mengapa memilih kremasi?
Karena kremasi
merupakan pengurusan mayatnya lebuh sederhana, lebih murah dan lebih ekologis.
Tetapi kremasi juga bukan solusi yang baik untuk mengatasi masalah kematian.
Mengapa demikian?
Karena kremasi telah
menghancurkan potensi yang seharusnya kita berikan kembali ke bumi setelah
meninggal. Proses kremasi juga menggunakan proses intensif energy untuk
mengubah tubuh menjadi abu, mencemari udara dan berkontribusi terhadap
perubahan iklim. Karena proses kremasi memancarkan atau mengeluarkan 600 juta
pon karbon dioksida yang mengejutkan atmosfer setiap tahunnya.
Selain dengan cara
kremasi, ternyata ada cara lain lagi untuk menghadapi kematian yaitu dengan
cara pengomposan mortalitas yang pernah di coba dengan menggunakan hewan
ternak. Hewan ternak yang digunalan yaitu sapi. Pengomposan mortalitas
merupakan pengambilan hewan yang sudah mati yang banyak mengandung nitrogen
dengan cara menutupnya dengan bahan
pengomposan yang mengandung karbon dioksida yang timggi. Karena pada proses
pengomposan ini membutuhkan oksigen dan
membutuhkan banayak kelembabapan. Maka hewan tersebut disimpan diluar atau
ruang terbuka dengan ditutupi beberapa senti kripik yang memiliki karbon tinggi
dan disimpan diluar untuk mendapatkan oksigen dan air yang digunakan sebagai
kelembaban.
jadi Katrina Spade membuat proyek yang telah berkembang dengan cara yang sama
sekali tidak pernah terbayangkan. Ia menciptakan model perkotaan nirlaba yang
terukur dan dapat ditiru berdasarkan pengetahuan tentang pengomposan mortalitas
ternak yang mengubah manusia menjadi tanah. Kemudian ia bermitra dan
berkolaborasi dengan para ahli dalam ilmu tanah, dekomposisi, perawatan kematia
alternatif, hukum dan arsitektur. Dengan mengumpulkan data dari yayasan dan
individu untuk merancang prototip dari sistem dan ia juga telah mendengar dari
puluhan ribu orang di seluruh dunia yang menginginkan opsi ini tersedia.
Kemudian dalam beberapa tahun kedepan, hal tersebut menjadi tujuannya dengan membangun
fasilitas pengomposan manusia skala penuh pertama Seattle. Ketika dapat
dibayangkan seperti bagian taman umum, rumah pemakaman ini menjadi memorial
bagi orang yang saling mencintai dengan tempat dimana bisa berhubungan kembali
dengan siklus alam dan merawat tubuh dengan kelembutan dan rasa hormat.
Infrastruktur yang sederhana didalam anti vertikal, tubuh
dan serpihan kayu dapat terjadi dekomposisi alami yang cepat atau pengmposan
dan diubah menjadi tanah. Jadi ketika seorang meninggal, tubuh nya dibawa ke
fasilitas pengomposan manusia. Bahwa setelah seseorang dikafan dan dibawa ke
kuburnya dan diletakkan didalam tanah dengan ditutupi serpihan kayu. Hal ini
memulai transformasi lembt dari manusia ke tanah. Selama beberapa minggu
kedepan tubuh akan terurai secara alami. Mikroba dan bakteri memecah karbon,
protein, untuk menciptakan zat baru, tanah yang kaya dan bersahaja. Tanah ini
kemudian bisa digunakan untuk menumbuhkan kehidupan baru. Dan akhirnya, dapat
tumbuhnya pepohonan. (semua orang tepuk tangan)
Jadi, ia ingin mengembalikkan aspek ritual yang telah
diencerkan selama seratus tahun terakhir karena tingkat kremasi telah meningkat
dan afiliasi keagamaan telah menurun. Fasilitas Seattle berfungsi sebagai model
untuk tempat-tempat ini diseluruh dunia. Masyarakat di Afrika Selatan,
Australia, Inggris, Kanada dan sekitarnya. Menciptakan toolkit desain yang
membantu orang lain merancang dan membangun fasilitas yang akan berisi
spesifikasi teknik dan praktik terbaik peraturan. Dengan idenya bahwa setiap
orang dari tempat-tempat ini harus terlihat dan merasa benar-benar berbada
dengan sistem yang sama didalamnya. Dan benar-benar dirancang bagi lingkungan
dimana mereka tinggal dan komunitas yang mereka layani.