Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, bioteknologi telah
mengalami perkembangan sangat pesat. Di beberapa negara maju, bioteknologi
mendapatkan perhatian serius dan dikembangkan secara intensif dengan harapan
dapat memberi solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi
manusia pada saat ini maupun yang akan datang. Masalah-masalah tersebut
menyangkut kebutuhan pangan, obat-obatan, penelitian, yang pada gilirannya
semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia.
Berikut ini
terdapat beberapa pendapat mengenai definisi dari bioteknologi, diantaranya:
1.
Menurut Bull et
al. (1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu pengetahuan
alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan melibatkan
aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
2.
Bioteknologi
merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kerekayasaan untuk
penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen biologis untuk menghasilkan
bahan dan jasa (OECD,1982).
3.
Bioteknologi
adalah teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian organisme untuk membuat
atau memodifikasi suatu produk dan meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau
hewan atau mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus (OTA-US, 1982).
4.
Menurut
Primrose (1987), secara lebih sederhana bioteknologi merupakan eksploitasi
komersial organisme hidup atau komponennya seperti; enzim. Bioteknologi berasal
dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang
berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European
Federation of Biotechnology mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan
dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan
aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog
molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa.
5.
Atau secara tegas
dinyatakan, Bioteknologi merupakan penggunaan terpadu biokimia, mikrobiologi,
dan ilmu-ilmu keteknikan dengan bantuan mikroba, bagian-bagian mikroba atau sel
dan jaringan organisme yang lebih tinggi dalam penerapannya secara teknologis
dan industri (EFB., 1983)
Menurut Aryulina (2004), berdasarkan terminologinya, maka
bioteknologi dapat diartikan sebagai berikut:
·
“Bio”
memiliki pengertian ‘agen hayati’ (living things) yang meliputi;
organisme (bakteri, jamur (ragi), kapang), jaringan/sel (kultur sel tumbuhan
atau hewan), dan/atau komponen sub-selulernya (enzim).
·
“Tekno” memiliki pengertian ‘teknik
atau rekayasa’ (engineering) yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan
rancang-bangun, misalnya untuk rancang bangun suatu bioreaktor. Cakupan teknik
disini sangat luas antara lain; teknik industri dan kimia.
·
“Logi” di
sini memiliki pengertian ‘ilmu pengetahuan alam’ (sains) yang mencakup;
biologi, kimia, fisika, matematika dsb.
Ditinjau dari sudut pandang biologi (biosains), maka bioteknologi
merupakan penerapan (applied) beberapa cabang ilmu (interdisipliner),
yaitu biologi molekuler, mikrobiologi, biokimia, dan genetika.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dilihat bahwa bioteknologi
memiliki tiga unsur penting, yaitu:
1.
Input, berupa
bahan yang akan digunakan, misalnya beras, anggur, susu, dan sebagainya.
2.
Proses,
merupakan mekanisme pengolahan yang terjadi, misalnya proses penguraian atau penyusunan
oleh agen hayati.
3.
Output,
merupakan hasil yang diperoleh dari proses atau biasa disebut produk berupa barang
atau jasa, misalnya enzim, alkohol, antibiotik, hormon, dan sebagainya.
Bioteknologi terbagi menjadi dua macam, yaitu bioteknologi
konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional merupakan suatu
proses bioteknologi yang mengandalkan jasa mikroba untuk menghasilkan produk
yang dibutuhkan manusia melalui proses fermentasi. Bioteknologi konvensional
tidak melakukan manipulasi organisme atau rekayasa, tetapi menciptakan kondisi
dan bahan makanan yang cocok bagi mikroba untuk berkembang secara optimal.
Sedangkan bioteknologi modern merupakan penerapan bioteknologi dengan
menggunakan alat dan cara kerja yang canggih serta dilakukan dalam keadaan
bersih dan steril, kualitas produk lebih baik, dan kuantitas hasil produk yang
dibuat lebih banyak. Konsep pembuatan bioteknologi modern lebih menekankan
bagaimana cara memanipulasi materi genetik mikroorganisme untuk menghasilkan clone
yang lebih unggul. Perkembangan bioteknologi sangat dipengaruhi oleh ilmu-ilmu
dasar, salah satunya seperti perkembangan mikrobiologi, genetika dan biokimia
(Nugroho dan Dwi, 2017).
Manfaat bioteknologi modern yaitu:
1.
Menghasilkan
bibit tanaman dengan sifat unggul.
2.
Meningkatkan
produksi bahan pangan.
3.
Mengolah sampah
menjadi bahan bermanfaat.
4.
Menghasilkan
produk kesehatan (vaksin, antibody, monoclonal, dll).
Menurut Artama (2007), Kemajuan yang sangat menggembirakan dalam
bioteknologi adalah penerapan rekayasa genetika dengan menyisipkan gen-gen
tertentu yang dikehendaki kedalam sel yang telah dikultur dengan tujuan untuk memproduksi
insulin atau beberapa hormon pertumbuhan dalam skala besar. Demikian pula
penggunaan antibodi monoklonal sangat meluas baik untuk penelitian maupun uji
klinis termasuk diagnosis dan bahkan upaya mencapai target spesifik untuk
pengobatan. Perencanaan strategis dalam Bioteknologi: kompetensi menguasai
bioteknologi dapat tercapai manakala pembinaan sumber daya manusia
diorientasikan pada kompetensi meneliti dan menerapkan metode-metode mutakhir
bioteknologi.
Kemampuan menguasai dan mengaplikasikan metode-metode mutakhir
bioteknologi seperti: kultur jaringan, rekayasa genetik, hibridoma, kloning,
dan polymerase chains reaction (PCR) secara prospektif akan mampu menghasilkan
produk-produk penemuan baru (Pezzeto, 2007).
Bioteknologi
secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu
melalui metode fermentasi. Produk yang dihasilkan masih sangat sederhana dengan
hanya memanfaatkan mikroorganisme dan produknya dalam menghasilkan barang dan
jasa untuk memenuhi segala kebutuhannya. Orang Mesir Kuno telah mengenal
pemanfaatan mikroorganisme untuk membuat bir, anggur, vinegar, keju, tuak,
yoghurt, dan sebagainya. Bioteknologi telah mengalami perkembangan sesuai
jamannya untuk memproduksi alkohol, penisilin, dan akhirnya menghasilkan
teknologi antibody monoclonal.
Beberapa
periode berkembangnya bioteknologi dapat dibagi atas 5 zaman, yaitu:
1.
Zaman Pra-Pasteur
(sebelum 1865), perbaikan teknik fermentasi oleh mikroorganisme, misalnya
minuman beralkohol.
2.
Zaman Pasteur
(1865-1940), pengembangan industri fermentasi pembuatan etanol, butanol, dan
asam organik (asam sitrat dan asam asetat), serta pengolahan limbah secara
aerob.
3.
Zaman
Antibiotika (1940-1960), pembuatan penisilin yang mulai digunakan pada saat
pendaratan tentara Amerika di Normandy selama perang dunia kedua, vaksin virus
(vaksin anti NCD, vaksin anti polio), teknologi kultur sel hewan, teknologi
fermentasi media cair, dan transformasi steroid.
4.
Zaman Pasca-Antibiotika
(1960-1975), asam-asam amino (asam glutamat, lisin), eludasi struktur DNA, enzim
untuk deterjen, protein sel tunggal, biogas, dan teknologi rekombinan DNA.
5.
Era
Bioteknologi Modern (1975-sampai saat ini), rekayasa genetika, zat antibodi
monoklonal, hormon insulin, hormon pertumbuhan ikan tuna, dan lain-lain.
Istilah bioteknologi
pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky pada tahun 1919 dalam sebuah buku yang
diterbitkannya di Berlin yang berjudul “Biotechnologie der Fleisch-, Fett-
und Milcherzeugung im landwirtschaftlichen Grossbetriebe” (Bioteknologi Produksi
Daging, Lemak dan Susu di Pertanian Skala Besar) di mana dia menjelaskan sebuah
teknologi yang berdasar pada konversi bahan baku menjadi produk yang lebih
bermanfaat. Dia membangun rumah jagal untuk seribu babi dan juga peternakan
penggemukan dengan ruang untuk 50.000 babi, mengumpulkan lebih dari 100.000
ekor babi setahun. Perusahaan itu sangat besar, menjadi salah satu operasi
daging dan lemak terbesar dan paling menguntungkan di dunia. Ereky
mengembangkan lebih lanjut tema yang akan diulangi sampai abad ke-20:
bioteknologi dapat memberikan solusi untuk krisis masyarakat, seperti
kekurangan makanan dan energi. Bagi Ereky, istilah "biotechnologie"
menunjukkan proses dimana bahan baku dapat ditingkatkan secara biologis menjadi
produk yang berguna secara sosial.
Aplikasi
bioteknologi sesungguhnya telah berlangsung cukup lama, dalam peradapan
manusia; seperti upaya produksi antibiotik, fermentasi, alkohol, pangan, dan
teknologi pengolahan limbah yang kesemuanya dapat dikelompokan ke dalam
biteknologi konvensional. Tetapi bioteknologi baru berkembang pada kurun abad
ke-20 ini karena secara implisit yang dimaksud bioteknologi adalah biteknologi
modern yang mencakup rekayasa genetik, dengan teknik cloning gene yang
berkembang berdasar penemuan struktur dan fungsi DNA oleh Watson dan Creck
(Shupnik, 2000).
C.
PRINSIP DAN
BATASAN BIOTEKNOLOGI
Prinsip dasar
bioteknologi adalah adanya agen biologis (mikroba, enzim, sel hewan, sel
tumbuhan), pendayagunaan teknologi untuk memanipulasi DNA, sehingga diperoleh produk
berupa barang atau jasa. Batasan yang diberikan oleh para ahli terkait
bioteknologi terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu berkaitan dengan katalis
biologis (enzim) yang terbaik untuk fungsi tertentu atau proses (agen biologis
mikroba; enzim, sel tanaman, sel hewan), bagian kedua menciptakan (dengan
konstruksi dan operasi teknis), dan bagian ketiga (pengolahan downstream)
berkaitan dengan pemisahan dan pemurnian produk esensial atau produk dari
proses fermentasi (produk dan jasa yang diperoleh).
Apapun batasan
yang diberikan oleh para ahli yang pasti dalam proses bioteknologi terkandung
tiga hal pokok :
1.
Agen biologis
(mikroba, enzim, sel tanaman, sel hewan).
2.
Pendayagunaan
secara teknologis dan industrial.
3.
Produk dan jasa
yang diperoleh.
Dahulu bioteknologi dianalogikan dengan industri mikrobiologi
(industri yang berbasis pada peran agen-agen mikrobia). Tetapi perkembangan
selanjutnya, tanaman dan hewan juga dieksploitasi secara komersial seperti;
hortikultura dan agrikultura. Dengan demikian, cakupan bioteknologi sangatlah
luas meliputi semua teknik untuk menghasilkan barang dan jasa dengan
memanfaatkan sistem biologi.
DAFTAR PUSTAKA
Artama, W.T. (2007). Teknik
Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal. Yogyakarta: UGM.
Aryulina, (2004). Modern Biotechnology.
Oxford: Blackwell Scientific Publications.
Boenisch, T. (2000). Staining
Methods. Dalam: Nais S.J., (ed.): Immunochemical Staining Methods. USA: Dako Corps.
Pezzuto, John M. 2007. Biotechnology
and Pharmacy . New York : Chapman and Hall.
Shupnik, M.A. (2009). Introduction
to Molecular Biology. In: Fauser, B.C.J.M., Rutherford, A.J., Strauss,
III., J.F., and Van Steirteghem, A. (eds.) Molecular Biology in Reproductive Medicine. The Parthenon
Publishing Group.
Soejono, S.K. (2001). Pengaruh Curcumin dan Pentagamavunon-0 (PGV0)
terhadap Steroidogenesis yang
Dihasilkan oleh Kultur Sel Granulosa Berbagai Ukuran Folikel. Mediagama.
3(3): 1-11.
Nugroho Deni Endik dan Dwi Anggorowati Rahayu. 2017. Pengantar
Bioteknologi. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Sumber Gambar : https://goo.gl/images/tCEMep
Theme Song By TWICE(트와이스) - TT
Sumber Gambar : https://goo.gl/images/tCEMep
Theme Song By TWICE(트와이스) - TT